Jumat, 23 Maret 2012

MEMBANGUN KARAKTER GENERASI MUDA


AMANAT PEMBINA UPACARA
SENIN, 19 SEPTEMBER 2011




       MEMBANGUN KARAKTER
         GENERASI MUDA
              OLEH : Bpk. Muhamat Sulkan,S.Pd.




Jika melihat fenomena yang terjadi pada generasi muda bangsa Indonesia saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Banyak generasi muda yang terlibat tindak kriminalitas, mudah menyerah pada keadaan dan bersifat manja.
Untuk membangun karakter generasi muda agar menjadi lebih baik tidak ada salahnya jika kita bercermin kepada bangsa Jepang. Ada 10 resep yang membuat Bangsa Jepang menjadi negara yang maju dan sukses, yaitu :

1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika yaitu 1957 jam/tahun. Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Di kampus, professor juga biasa pulang malam (tepatnya pagi), membuat mahasiswa nggak enak pulang duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang.

2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. “Mengundurkan diri” adalah hal biasa bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Orang Jepang secara otomatis akan membentuk antrian dalam setiap keadaan pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan kereta untuk bepergian. Professor Jepang juga terbiasa naik sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.

4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.

5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Teknik perakitan kendaraan roda empat bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.


6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia. Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).

7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. 

8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok.

9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang. Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.


Oleh redaksi mading MTs Sholihiyyah

PERSIAPAN UJIAN


­AMANAT PEMBINA UPACARA
SENIN,   12 SEPTEMBER 2011

PERSIAPAN UJIAN MID SEMESTER
   OLEH : Bpk. Bardi,S.Sos.






Libur akhir Ramadhan dan hari raya Idul Fitri telah berlalu. Kini siswa-siswi MTs Sholihiyyah masuk kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar secara efektif. Untuk itu, siswa-siswi harus bisa menyesuaikan diri mengikuti segala aktivitas di sekolah. 
Saat ini kegiatan belajar mengajar sudah sampai pada pertengahan semester. Tentunya sebentar lagi akan dilaksanalan kegiatan ujian tengah semester. Dimohon siswa-siswi mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan ujian tengah semester tersebut agar mencapai nilai yang diharapkan.
Jadwal kegiatan ujian tengah semester menyesuaikan jadwal pelajaran pada hari biasanya. Juga sistem pelaksanaannya tergantung pada guru mapel masing-masing.



Oleh redaksi mading MTs Sholihiyyah

HUT RI KE 66


AMANAT PEMBINA UPACARA
RABU, 17 AGUSTUS 2011

PERJUANGAN PANJANG
 MENGGAPAI KEMERDEKAAN
    OLEH : Bpk. Arifin,S.Ag.M.Pd.


  

Hari ini adalah peringatan proklamasi yang akbar, karena bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan. Hari di mana Alqu’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bertepatan dengan bulan puasa.
Tentu kita mengetahui sejarah panjang bagaimana Bangsa Indonesia bisa merdeka seperti sekarang ini. Bangsa Indonesia mengalami tiga fase sejarah, yaitu masa Indonesia kuno/klasik, masa Indonesia madya, dan masa Indonesia modern. Sejak masa Indonesia modern, kita didatangi bangsa Eropa. Sejak itulah kita mulai dijajah. Selama tiga setengah abad Bangsa Indonesia hidup menderita di bawah penjajahan bangsa asing.
Ada dua fase perjuangan di masa Indonesia Modern, yaitu sebelum dan sesudah tahun 1908 yang ditandai dengan munculnya gerakan Budi Utomo. Sehingga setelah tahun 1908 disebut-sebut sebagai perjuangan dengan semangat Kebangkitan Nasional. Saat itu kita dijajah Bangsa Belanda. Setelah Belanda mundur, kita dijajah Jepang.
Karena Jepang dipukul mundur oleh sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, maka Bangsa Indonesia mempersiapkan kerangka persiapan kemerdekaan dengan membentuk BPUPKI. Kemudian badan tersebut diganti PPKI. Tetapi terjadi perbedaan pendapat antara golongan muda dan tua dalam menyikapi persiapan kemerdekaan. Para pemuda ingin Indonesia merdeka sendiri tanpa pemberian oleh Jepang. Sehingga Bung Karno dan Bung Hatta diamankan oleh pemuda dibawa ke Rengasdengklok pada tanggal 16 pagi, pukul 04.00. Agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh oleh sekutu.
Kemudian tokoh muda dan tua bertemu di Jakarta. Mereka sepakat bahwa proklamasi akan dilaksanakan tangggal 17 Agustus 1945. Malam hari tanggal 16 Agustus di rumah Laksanamuda Maheda, Bung Karno dan Bung Hatta diajak untuk merusmuskan teks proklamasi. Di pagi harinya proklasmai ingin dikumandangkan di lapangan Ikada (Monas). Tetapi karena di tempat tersebut banyak tentara Jepang, maka dipindah di kediaman Bung Karno Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 (Jalan Proklamasi) Jakarta.
Setelah proklasi dikumandangkan, bangsa Indonesia masih berjuang melawan dua agresi penjajahan oleh sekutu dan belanda yang masih sangat banyak menelan korban harta, benda maupun nyawa bangsa kita.
Mengingat perjuangan panjang untuk menggapai kemerdekaan tersebut, maka kita harus mengisi kemerdekaan dengan mengenang jasa dari para pahlawan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat perjuangan para pahlawannya.
Kita isi kemerdekaan dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme (rasa memiliki Bangsa Indonesia). Kita sebagai generasi muda harus mampu memanfaatkan teknologi untuk hal positif demi kemajuan Bangsa Indonesia. Kita jangan terpengaruh oleh dampak negatif dari kemajuan teknologi. Untuk itu mari kita tanamkan iman dan takwa di bulan puasa ini untuk membentengi diri dari dampak negatif teknologi  dan arus globalisasi.  


Oleh redaksi mading MTs Sholihiyyah

HARDIKNAS


AMANAT PEMBINA UPACARA PERINGATAN HARDIKNAS
SENIN, 2 MEI 2011



          
INDONESIA BANGSA YANG LUHUR
   OLEH : Bapak Mahfudhi,S.Pd.







Dalam Pergerakan Nasional ada dua sisi yang harus diketahui, yaitu pergerakan nasional punya sifat kooperatif dan non kooperatif. Tanggal 2 Mei ini bersamaan dengan pergerakan nasional dalam pendidikan yang dipelopori oleh Budi Utomo. Yang wajib kita ketahui di dalam pendidikan pasti akan mengedepankan asah, asih dan asuh.
Bapak Pendidikan Nasional kita yang selalu menjadi panutan yaitu Bapak Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan itu seumur hidup (long life education).
Dalam pendidikan yang kita jalani saat ini seharusnya kita tidak lupa karakter bangsa. Karakter Bangsa Indoneia yaitu bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat santun. Segala sesuatu permasalahan diselesaikan dengan bentuk yang terbijak yaitu musyawarah. Gotong-royong juga menjadi ciri khas bangsa kita. Bahkan segala yang masuk ke dalam Negara Indonesia pasti ada filternya yaitu Pancasila yang memiliki nilai-nilai luhur.
Sayangnya di era reformasi, yang seharusnya segala sesuatu bisa berjalan dengan baik, tetapi dalam penyelesaian segala masalah saat ini malah mengedepankan emosi. Sehingga dengan emosi pasti akan bermuara pada tindakan anarkisme yang sebenarnya bukan karakter Bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia sebenarnya sangat luhur. Bangsa Indonesia sebenarnya dalam menyelesaikan masalah bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kepala dingin.



(MS. redaksi mading MTs Sholihiyyah)

HARI KARTINI


AMANAT PEMBINA UPACARA
KAMIS, 21 APRIL 2011

      MENCONTOH         PERJUANGAN AJENG KARTINI
  OLEH : Ibu Siti Muzazanah, S.Ag.




Setiap tanggal 21 April bangsa kita selalu mengenang perjuangan RA Kartini yang menjadi Salah satu tokoh yang dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita. Gerakan emansipasi telah berjasa besar dalam menghantarkan kaum wanita Indonesia menuju kehormatan hak-hak keadilan realita ditengah-tengah kehidupan modern ini, wanita tidak lagi dipandang sebelah mata, lebih dihargai dan dihormati. Saat ini banyak wanita dalam meniti karier, pendidikan bahkan jabatan melebihi kaum pria.Wanita sekarang ada yang menjadi menteri, presiden bahkan direktur bank dunia.
Bahkan kalau kita menengok dari  sejarah masa lalu, sejarah kepemimpinan wanita, sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit, dimana Ratu Tribuana Tungga Dewi memerintah kerajaan Majapahit. Di zaman perjuangan ada  Cut Meutia dan Cut Nyak Dhien dari Aceh, ada Cristina Martha Tiahau dari Maluku dan tokoh yang lainnya. Sedangkan di zaman Rasulullah ada Siti Khatijah, Aisyah dan Fatimatuzzahra.
Sebuah negara yang tidak memiliki kaum perempuan yang terdidik, bermoral dan terlatih dapat diibaratkan seperti manusia yang hanya melatih satu tangannya saja untuk beraktifitas, ia tidak mampu memanfaatkan kedua tangannya untuk memberikan yang terbaik bagi kehidupannya. Peran wanita dalam suatu negara menjadi sangat penting karena perempuan adalah pencetak generasi penerus bangsa sekaligus orang pertama pendidik tunas – tunas bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu melahirkan generasi penerus yang berkualitas dan mandiri.
Maka dari itu kalian jangan hanya lulus SMK saja, kalau bisa dilanjutkan dibangku kuliah dan raihlah cita-citamu setinggi mungkin atau buatlah lapangan kerja bukan menjadi pekerja guna bersaing di era perdagangan bebas saat ini.
Sedangkan Untuk anak  MTs yang kini telah menghadapi persiapan UN, kalian jangan lulus MTs saja apalagi langsung menikah, lanjutkan kembali ke jenjang yang lebih tinggi, di sinikan sudah ada SMK yang berkualitas dan MA baru, di mana letaknya yang dekat, biaya ringan dan kualitasnya yang melebihi sekolah – sekolah di sekitar kita.



(MS. redaksi mading MTs Sholihiyyah)

HARI PAHLAWAN


PERINGATAN HARI PAHLAWAN
RABU, 10 NOVEMBER 2010




     MENILIK SEJARAH
    HARI PAHLAWAN
         OLEH : Bpk. M. Sulkan,S.Pd.




Peristiwa 10 November merupakan peristiwa sejarah perang terbesar antara Indonesia dan Belanda dalam revolusi  nasional Indonesia.
Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki (Agustus 1945).
Mengisi kekosongan tersebut, Ir Soekarno mewakili rakyat Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Sebelum dilucuti oleh sekutu, rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang.
Tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Misi : atas keputusan dan atas nama Sekutu, melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Juga mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya. Maka NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pun membonceng membuat meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana.
Di Surabaya, dikibarkan bendera Belanda di Hotel Yamato, telah melahirkan Insiden Tunjungan
Bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober.
Penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan, yaitu : bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas paling lambat jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum ditolak, sebab Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga telah dibentuk.
Pada 10 November pagi, tentara Inggris melancarkan serangan besar-besaran. Dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang dengan rencana bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja.
Di luar dugaan, para tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari kalangan ulama’ serta kiyai-kiyai pondok jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kiyai-kiyai pesantren lainnya mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat umum. Juga ada pelopor muda seperti bung Tomo dan lainnya. sehingga perlawanan itu bisa bertahan lama kurang lebih sebulan sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris.
Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan.
Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.
                                                                                     
Redaksi mading MTs Sholihiyyah

KRISIS TANGGUNG JAWAB 2


AMANAT PEMBINA UPACARA
SENIN, 1 NOPEMBER 2010

MARI PERANGI
     TIGA KRISIS TANGGUNG JAWAB
          OLEH : Bpk. Ahmad Saqori, S.Ag.




Perlu dicamkan bahwa di era modernisasi ini, pada prinsipnya kita melihat para generasi muda telah mengalami krisis tanggung jawab. Krisis tanggung jawab tersebut setidaknya meliputi tiga aspek, yaitu :

1.      Krisis tanggung jawab intelektual. Coba kita perhatikan, siswa sekarang seandainya tidak mumpuni dan menguasai materi, sendaianya mendapat nilai yang buruk mereka akan protes. Demikian juga Guru atau Pendidik dalam memberikan nilai juga tidak objektif. Kalau dahulu anak sekolah tidak naik sekolah, nilai merah itu hal biasa. Tetapi sekarang nilai sudah distandardisir. Penilain yang objektif itu lebih baik. Nilai lima tapi nyata, lebih baik daripada nilai sepuluh tapi hanya palsu belaka. Diakui atau tidak di era 70-an dulu siswa lulusan SR atau setingkat sekolah dasar mampu menjadi seorang pendidik/teladan. Tapi sekarang siswa lulusan SMA atau bahkan sarjana pun terkadang tidak mampu menjadi seorang pendidik/teladan.
2.      Krisis tanggung jawab sosial. Di era sekarang ini nilai sosial sudah mulai pudar. Lebih cenderung nilai-nilai individualistis/ego yang lebih ditonjolkan. Semangat gotong royong mulai pudar. Budaya gotong royong sudah mulai hilang.
3.      Krisis tanggung jawab moral. Coba kita perhatikan, moralitas generasi muda saat ini sudah amat bobrok. Kalau dahulu bisa terwujud sumpah pemuda. Pemuda mampu tampil beda berani mengambil sumpah untuk menyatukan bangsa. Tetapi sekarang para generasi muda tidak berani mengambil sumpah apa-apa. Seorang pendidik sudah banyak menampakkan moral tidak sebagai pendidik. Pelajar tidak menampakkan jiwa keterpelajarannya.

Generasi muda sekarang sudah tidak mengenal sejarah lagi. Bisa dikatakan, mungkin ke depan generasi muda tidak memiliki argumentasi yang logis dan rasional. Mungkin ke depan argumentasi generasi muda yang diajukan adalah argumentasi  pokoke”. Coba kita renungkan, sejarah memiliki nilai yang luar biasa. Mari kita pelajari sejarah dengan seksama dan kita ambil keteladanan dan hikmahnya. Kalau kita mampu memahami sejarah, mampu mengambil teladan dan mampu mengambil hikmah dari sejarah, Insya Allah kita tidak akan terkena ketiga krisis tanggung jawab tersebut di atas.
 Sebagai generasi muda hendaknya bisa mawas diri untuk menyelamatkan diri dari ketiga krisis tanggung jawab di atas. Untuk itu mari kita bertekad untuk memerangi ketiga krisis tanggung jawab tersebut. Sebagai seorang siswa memiliki tanggung jawab intelektual nomor satu yaitu belajar dengan sungguh-sungguh. Dalam belajar jangan hanya megandalkan informasi atau transfer ilmu dari Bapak/Ibu guru saja. Ilmu tidak hanya untuk diketahui atau dihafal, tapi untuk dipahami. Setelah dipahami, dihayati lalu diamalkan atau diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita tingkatkan belajar. Jangan  hanya meminta nilai yang baik tapi tanggung jawabnya tidak konsekuen. Ujian sudah di ambang pintu. Untuk itu perhatikan keaktifan masuk sekolah dan perhatikan kegiatan belajarnya.

Oleh redaksi mading MTs Sholihiyyah